Kasada Bromo – Ritual Sakral Di Gunung Bromo
Kasada Bromo, juga dikenal sebagai Yadnya Kasada, adalah sebuah ritual tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur.
Ritual ini merupakan bentuk ungkapan syukur dan permohonan berkah kepada para dewa, terutama Sang Hyang Widhi dan dewa-dewa gunung. Upacara ini diadakan setiap tahun pada bulan Kasada, bulan ke-12 dalam kalender Tengger, dan berlangsung selama satu bulan penuh, dengan puncaknya pada hari ke-14. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputar ALL ABOUT JAWA BARAT.
Sejarah & Legenda
Upacara ini merupakan bentuk persembahan korban atau sesajian ke kawah Gunung Bromo sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi, leluhur, dan alam semesta. Upacara ini diadakan setiap tahun pada bulan Kasada, bulan ke-12 dalam kalender Tengger, dan berlangsung selama satu bulan penuh, dengan puncaknya pada hari ke-14.
Asal-usul upacara Kasada berakar dari legenda Roro Anteng dan Joko Seger, pasangan suami istri yang merupakan leluhur masyarakat Tengger. Menurut legenda, setelah bertahun-tahun menikah tanpa memiliki keturunan, mereka memohon kepada dewa-dewa gunung untuk diberikan anak. Dewa mengabulkan permohonan mereka dengan syarat anak bungsu mereka harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Setelah memiliki 25 anak, pasangan ini melanggar janji mereka, sehingga dewa marah dan mengancam akan menimbulkan bencana. Akhirnya, anak bungsu mereka, Kesuma, mengorbankan dirinya ke kawah Gunung Bromo untuk menyelamatkan keluarganya.
Proses Upacara
Upacara Kasada dimulai dengan persiapan yang dilakukan oleh masyarakat Tengger. Mereka mengumpulkan hasil bumi seperti sayuran, buah-buahan, dan hewan ternak sebagai sesajen. Pada hari puncak, masyarakat Tengger berkumpul di Pura Luhur Poten, sebuah pura yang terletak di lautan pasir Gunung Bromo. Di sini, mereka melakukan berbagai ritual pemujaan dan doa untuk memohon berkah dan keselamatan.
Makna & Filosofi
Setelah ritual di pura selesai, masyarakat Tengger berjalan menuju kawah Gunung Bromo dengan membawa sesajen. Sesampainya di kawah, sesajen tersebut dilemparkan ke dalam kawah sebagai simbol pengorbanan dan ungkapan syukur kepada dewa-dewa gunung. Meskipun berbahaya, beberapa orang berani turun ke dalam kawah untuk mengambil sesajen yang dilemparkan, karena dipercaya dapat membawa keberuntungan.
Baca Juga: Eksplorasi Goa Jomblang yang Memorable dan Memukau
Peran Dukun Pandita
Dalam upacara Kasada, peran dukun pandita sangat penting. Dukun pandita adalah pemimpin spiritual yang memimpin berbagai ritual dan doa selama upacara berlangsung. Mereka dianggap sebagai perantara antara masyarakat Tengger dan dewa-dewa gunung. Dukun pandita juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua tahapan upacara dilakukan dengan benar dan sesuai dengan tradisi.
Wisata & Pariwisata
Kasada Bromo tidak hanya menarik perhatian masyarakat lokal, tetapi juga wisatawan dari berbagai daerah dan negara. Setiap tahun, ribuan wisatawan datang ke Gunung Bromo untuk menyaksikan upacara ini. Mereka tertarik untuk melihat langsung keunikan dan keindahan ritual Kasada, serta menikmati pemandangan alam yang spektakuler di sekitar Gunung Bromo.
Tantangan Dengan Pelestarian
Meskipun upacara Kasada telah berlangsung selama berabad-abad, pelestariannya menghadapi berbagai tantangan. Modernisasi dan perubahan sosial dapat mengancam keberlanjutan tradisi ini. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Tengger dan pemerintah untuk bekerja sama dalam melestarikan upacara Kasada. Pendidikan dan sosialisasi tentang pentingnya tradisi ini perlu ditingkatkan, agar generasi muda tetap menghargai dan melanjutkan warisan budaya mereka.
Kesimpulan
Kasada Bromo adalah ritual tahunan yang sangat sakral bagi masyarakat Tengger di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur. Upacara ini merupakan bentuk ungkapan syukur dan permohonan berkah kepada dewa-dewa gunung, terutama Sang Hyang Widhi. Dengan melemparkan sesajen ke dalam kawah Gunung Bromo, masyarakat Tengger berharap mendapatkan perlindungan dan berkah dalam kehidupan mereka. Ritual ini juga memperingati legenda Roro Anteng dan Joko Seger, yang mengajarkan tentang pengorbanan dan kesetiaan kepada leluhur. Upacara Kasada tidak hanya memiliki makna religius yang mendalam, tetapi juga menjadi simbol identitas budaya yang kuat bagi masyarakat Tengger.
Selain nilai-nilai spiritual dan budaya, Kasada Bromo juga menarik perhatian wisatawan dari berbagai daerah dan negara. Ribuan pengunjung datang setiap tahun untuk menyaksikan keunikan dan keindahan ritual ini, serta menikmati pemandangan alam yang spektakuler di sekitar Gunung Bromo. Namun, pelestarian tradisi ini menghadapi tantangan dari modernisasi dan perubahan sosial. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Tengger dan pemerintah untuk bekerja sama dalam menjaga dan melestarikan upacara Kasada. Dengan upaya yang tepat, tradisi ini diharapkan dapat terus berlangsung dan menjadi warisan budaya yang berharga bagi generasi mendatang.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi tentang berita atau penjelasan menarik lainnya hanya dengan klik storyups.com.