Iraw Tengkayu: Pesta Laut Penuh Warna dari Bumi Borneo
Iraw Tengkayu adalah festival adat yang menjadi jantung budaya Suku Tidung, masyarakat asli Kota Tarakan, Kalimantan Utara.
Lebih dari sekadar perayaan, Iraw Tengkayu adalah ungkapan syukur atas berkah laut yang melimpah, perwujudan identitas budaya, dan permohonan keselamatan bagi seluruh masyarakat. Festival ini bukan hanya menarik wisatawan, tetapi juga memiliki makna sosial dan spiritual yang mendalam bagi masyarakat Tidung.
Asal-Usul dan Makna Filosofis
Nama Iraw Tengkayu berasal dari bahasa Tidung, di mana “Iraw” berarti perayaan atau pesta, dan “Tengkayu” berarti pulau kecil yang dikelilingi laut. Nama ini merujuk pada Pulau Tarakan sebagai representasi identitas masyarakat Tidung yang tak terpisahkan dari laut.
Secara historis, festival ini merupakan perayaan tahunan untuk menghormati leluhur, hasil bumi, dan menjaga keseimbangan hubungan spiritual dengan roh nenek moyang.
Upacara ini dilakukan secara turun-temurun dan biasanya bertepatan dengan hari jadi Kota Tarakan. Iraw Tengkayu bukan hanya sekadar pesta, tetapi juga sarat dengan filosofi kehidupan. Setiap elemen dalam perayaan ini memiliki makna simbolis yang mendalam, mencerminkan nilai-nilai budaya dan kepercayaan masyarakat Tidung.
Dukung Timnas Indonesia, Ayo nonton GRATIS pertandingan Timnas Garuda, Segera DOWNLOAD APLIKASI SHOTSGOAL
Ikon Utama Iraw Tengkayu
Puncak dari Festival Iraw Tengkayu adalah ritual adat Parade Padaw Tuju Dulung. Padaw Tuju Dulung adalah perahu hias megah yang diarak keliling kota sebelum dihanyutkan ke laut. Perahu ini bukan sekadar hiasan, melainkan simbol penting yang mencerminkan kosmologi dan nilai-nilai masyarakat Tidung.
Padaw Tuju Dulung memiliki tiga cabang yang disebut haluan. Haluan tengah dibuat tiga tingkat, sedangkan haluan kiri dan kanan masing-masing dua tingkat, sehingga total terdapat tujuh tingkat. Angka tujuh ini melambangkan jumlah hari dalam seminggu, yang merepresentasikan perjalanan hidup manusia yang berulang setiap pekannya.
Perahu ini dicat dengan tiga warna utama kuning, hijau, dan merah. Warna kuning digunakan di bagian atas perahu, melambangkan kehormatan dan sesuatu yang ditinggikan dalam budaya Tidung. Satu tiang tertinggi di perahu melambangkan Allah SWT sebagai penguasa tertinggi alam semesta.
Di bagian tengah perahu terdapat lima tiang yang melambangkan shalat lima waktu yang dilaksanakan umat Islam setiap hari. Tiang-tiang ini berfungsi sebagai tempat mengikat kain yang disebut pari-pari, di bawahnya terdapat tempat berbentuk rumah mini bernama meligay, yang di bawahnya lagi terdapat kotak berisi sesaji (pakan). Sesaji ini nantinya akan dilepaskan ke laut sebagai bagian dari ritual.
Baca Juga: Suku Dayak, Menelusuri Keberagaman Budaya dan Tradisi Khas Kalimantan
Rangkaian Acara yang Meriah
Festival Iraw Tengkayu tidak hanya tentang Padaw Tuju Dulung, tetapi juga diramaikan dengan berbagai kegiatan budaya dan perlombaan yang menarik. Beberapa di antaranya termasuk:
- Beragam Perlombaan: Lomba perahu hias, lomba sumpit (senjata tradisional Suku Dayak), lari maraton 10K, dan berbagai perlombaan olahraga tradisional lainnya.
- Tarakan Expo: Pameran yang memperkenalkan budaya Kota Tarakan, menampilkan kreativitas dan produk-produk khas daerah.
- Parade Musik dan Tari: Pertunjukan musik dari band lokal dan luar Tarakan, serta parade tari yang menampilkan penari-penari lokal dan luar kota.
Iraw Tengkayu di Era Modern
Meskipun memiliki akar tradisi yang kuat, Festival Iraw Tengkayu terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pemerintah Kota Tarakan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendukung festival ini sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya dan promosi wisata.
Festival ini bahkan masuk dalam daftar 100 Kharisma Event Nusantara (KEN), yang semakin meningkatkan popularitasnya di tingkat nasional. Dengan menggabungkan tradisi dan inovasi, Festival Iraw Tengkayu berhasil menarik perhatian wisatawan dari berbagai daerah dan negara.
Festival ini tidak hanya menjadi tontonan yang menghibur, tetapi juga menjadi wadah untuk memperkenalkan budaya Tidung kepada dunia. Melalui Iraw Tengkayu, masyarakat Tidung terus menjaga warisan budaya mereka tetap hidup dan relevan di era modern.
Kesimpulan
Iraw Tengkayu bukan hanya sebuah perayaan atau pesta laut biasa, tetapi lebih dari itu, ia adalah sebuah bentuk hubungan yang erat antara manusia dan alam. Melalui perayaan ini, masyarakat Suku Tidung di Kalimantan Utara menunjukkan betapa pentingnya rasa syukur, solidaritas, dan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.
Seiring berjalannya waktu, Iraw Tengkayu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas budaya Suku Tidung, sekaligus menjadi simbol dari kekayaan alam dan budaya Borneo yang patut untuk dilestarikan dan dibanggakan. Temukan lebih banyak informasi menarik lainya hanya di LAND SCAPE INDONESIA.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar dari kemenparekraf.go.id